Bentrok, Tiga Anggota Ahmadiyah Tewas
Sekitar seribuan warga Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, menyerang Jemaah Ahmadiyah di Desa Umbulan setempat, Minggu (6/2/2011) sekitar pukul 10.30 WIB. Sebanyak 3 orang dinyatakan tewas dalam bentrokan antara kelompok Ahmadiyah dengan warga Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten, Ahad (6/2). Sedangkan, 5 orang lainnya dilarikan ke RSUD Malingping dalam keadaan kritis.
Mabes Polri melansir korban tewas akibat penyerbuan terhadap jamaah Ahmadiyah ada tiga orang, enam lainnya mengalami luka-luka akibat penyerangan massa ke warga Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten pada Minggu (6/2/2011) siang. Serangan tersebut juga mengakibatkan kerugian materi ratusan juta rupiah.
Hal senada juga disampaikan oleh Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia bahwa, 3 jamaahnya tewas yaitu Mulyadi, Tarno dan Roni. Mulyadi adalah warga setempat atau tuan rumah, sedangkan Roni adalah jemaah yang datang dari Jakarta. Sedangkan, ada lima jamaah yang luka-luka. Mereka antara lain menderita luka bacok di kepala, patah tangan, luka bacok di punggung, dan pendarahan di mulut dan hidung. Korban tewas dan luka kini berada di RS Malingping.
PB JAI kini masih mengumpulkan data-data korban dan kerusakan yang terjadi. Sebelumnya pada Minggu (6/2) menjelang tengah hari, terjadi penyerbuan warga terhadap sebuah rumah milik warga Ahmadiyah di Cikeusik, pandeglang, Banten. Jumlah korban tewas ini pun masih berbeda-beda. Jika Ahmadiyah menyebutkan 3 anggota mereka tewas, warga menyebutkan korban tewas mencapai 6 orang.
Menurut sumber harian kompas.com Online, sebanyak enam orang anggota Jemaah Ahmadiyah meninggal akibat bentrokan antara jemaah keagamaan itu dengan warga di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Minggu (6/2/2011).
“Yang saya lihat ada enam orang yang meninggal, dan seluruhnya dari Jemaah Ahmadiyah,” kata Lukman, tokoh masyarakat Cikeusik ketika dikonfirmasi, Minggu. Sementara satu orang warga Desa Umbulan, Sarta, mengalami luka bacok pada lengah kanannya. “Lengan kanan Sarta hampir putus dibacok oleh anggota Jemaah Ahmadiyah,” kata Lukman.
Lukman juga menjelaskan, sebenarnya warga tidak bermaksud melakukan kekerasan. Masyarakat hanya ingin agar Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik pimpinan Parman membubarkan diri. “Warga ingin Ahmadiyah itu membubarkan diri karena sudah dinyatakan sesat oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), tapi permintaan itu abaikan oleh mereka,” katanya.
Menurut Lukman, pada Sabtu malam, puluhan anggota Jemaah Ahmadiyah dari Kota Bogor tiba di Cikeusik dengan menumpang dua kendaraan roda empat, dan menginap di rumah Parman. Pada Minggu pagi, sekitar seribuan warga dari berbagai daerah, di antaranya berasal dari Kecamatan Cibaliung, Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, dan Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, mendatangi rumah Parman.
Saat massa tiba, puluhan Jemaah Ahmadiyah yang berada di rumah Parman sudah siap dan mereka membawa berbagai jenis senjata tajam, seperti samurai, parang, dan tombak. Sesaat kemudian, kata Lukman, salah seorang anggota Jemaah Amhadiyah membacok lengan kanan Sarta hingga nyaris putus. “Pembacokan inilah yang memicu bentrokan. Warga marah karena melihat lengan kanan Sarta nyaris putus,” kata Lukman.
Informasi yang dihimpun, awalnya ribuan masa yang mengatasnamakan Gerakan Muslim Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Minggu 6 Pebruari sekitar pukul 10.00 WIB mengepung rumah milik Suparman. Karena warga tak terima adanya aktivitas pengajian Ahmadiyah yang kerap di laksanakan di rumah Suparman.
Sebelum aksi tersebut warga memperingatkan para jemaah Ahamdiyah untuk tidak melakukan aktivitas pengajian, karena menurut mereka pengajian Ahmadiyah bertentangan dengan aqidah Islam yang selama ini warga yakini. Namun, peringatan warga tidak digubris.
Sementara, ketua MUI Amidhan mengatakan ada informasi sementara yang dikumpulkan MUI, bahwa serangan warga terhadap rumah jamaah Ahmadiyah karena dipicu oleh sekelompok jamaah Ahmadiyah yang lebih dulu menantang warga.
“Pada prinsipnya kami masih mendalami masalah ini. Saya sudah menghubungi Ketua MUI Pandeglang untuk mencari tahu,” ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidhan Minggu (6/2/2011).
“Saya kira ini bukan penyerangan, ini fight back. Warga marah karena ditantang oleh dua puluh orang warga Ahmadiyah, yang baru datang dengan 2 buah mobil,” terang Amidhan.
MUI Banten Sudah Peringatkan Empat Bulan Lalu
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Banten mengakui sebelumnya sudah menyampaikan surat kepada kejaksaan Tinggi Banten agar membubarkan jemaat Ahmadiyah yang ada di seluruh wilayah Banten.
“Sekitar empat bulan lalu MUI sudah sampaikan surat ke Kejati Banten agar Ahmadiyah di Banten dibubarkan. Namun pada kenyataanya masih tetap ada hingga akhirnya terjadi peristiwa itu,” kata Ketua MUI Banten KH Wahaf Afif, saat dikonfirmasi terkait kerusuhan antara warga dengan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik Pandeglang, Ahad pagi.
Ia mengatakan, MUI sudah mengantisipasi sejak awal terkait dengan aktivitas jemaat Ahmadiyah di Banten karena khawatir timbul permasalahan dengan warga sekitar. Sehingga, MUI Provinsi Banten bersama dengan MUI Kabupaten/kota se-Provinsi Banten menyampaikan surat kepada Kejaksaan Tinggi Banten agar membubarkan ahamdiyah yang ada di Banten.
Oleh karena itu, ia menyayangkan tidak adanya realisasi dari permintaan MUI tersebut, sehingga akhirnya timbul permasalahan seperti yang terjadi di Cikeusik Pandeglang. Ia meminta semua pihak menahan diri dan menghindari tindakan-tindaka kekerasan dan meminta seluruh pengurus MUI menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik membimbing masyarakat. [slm/fpi]
Habib Rizieq Syihab : Presiden Bertanggung Jawab Atas Insiden Cikeusik
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam kerusuhan yang menewaskan tiga anggota Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik, Pandeglang, Banten kemarin (6/2). Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum DPP - FPI Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA, saat ditanyakan tentang insiden Cikeusik.
"Yang bertanggung jawab atas peristiwa Ahmadiyah Cikeusik - Banten adalah Presiden. Karena jika Presiden mengeluarkan Keppres Pembubaran Ahmadiyah sejak dulu, maka tidak perlu ada lagi problem bentrokan umat Islam vs Ahmadiyah di berbagai daerah," ujar Ketua Front Pembela Islam Habib Rizieq Syihab, MA kepada redaksi fpi.or.id.
"Jadi, jika ingin mengutuk kekerasan terhadap Ahmadiyah, kutuk saja Presidennya. Adapun Ahmadiyah tidak perlu dikutuk lagi, karena memang sudah terkutuk, Sedang Umat Islam yang dengan ikhlas berjuang membubarkan Ahmadiyah, mereka adalah Mujahid yg diridhoi Allah SWT dan Rasulullah SAW" sambung Beliau.
Habieb Rizieq Syihab juga meminta agar SBY tidak bersikap seperti pengecut dan segera keluarkan Keppres Pembubaran Ahmadiyah sehingga tidak akan terjadi lagi kekerasan seperti di Cikeusik.
"FPI menyerukan agar JANGAN PENGECUT untuk segera keluarkan KEPPRES PEMBUBARAN AHMADIYAH, sehingga kedepan tidak perlu ada lagi kekerasan terhadap Ahmadiyah, Allahu Akbar ... !!" (adie/fpi)
Sumber : fpi.or.id