Kamis, 29 April 2010

AL IMAM HASAN AL-ASYKARI

Imam Hasan al-Asykari

lahir 8 Rabiul akhir 232 AH / 6 Desember 846 – wafat 8 Rabiul awal 260 AH / 1 Januari 874, adalah Imam Syi'ah ke-11. Ia dilahirkan dengan nama Hasan bin Ali bin Muhammad. Hasan al-Asykari berumur 22 tahun ketika ayahnya terbunuh dan periode keimamahannya setelah ayahnya meninggal selama enam tahun. Hasan al-Asykari syahid pada usia 28 tahun, dibunuh atas perintah Al-Mu'tamid ( Khalifah Bani Abbasiyah ) pada tahun 260 Hijriyah dan ia dikuburkan di Samarra.


Riwayat Hidup


Di pusat kota Madinah, tempat berhijrahnya baginda Rasulullah saww, di pusat pengembangan Islam serta tempat berdirinya Madrasah Ahlul Bait Nabi saww, lahirlah manusia suci dari keturunan Rasulullah, yang bernama Imam Hasan al-Asykari putra Imam Ali al-Hadi. Beliau dilahirkan pada bulan Rabiul Tsani 213 H. Sedang julukan al-Askari yang beliau sandang itu karena dinisbatkan pada suatu lempat yang bernama Asykar, di dekat kota Samara', Ibunya adalah seorang jariah yang bernama Haditsa, walau ada juga yang berpendapat bahwa namanya Susan, Salil.


Sejak masa kecilnya hingga berusia 23 tahun lebih beberapa bulan, beliau melewatkan waktunya di bawah asuhan, bimbingan dan didikan ayahnya, Ali al-Hadi. Tidak heran, jika beliau akhirnya menjadi orang terkermuka dalam bidang ilmu, akhlak dan ibadahnya. Sepanjang waktu itu beliau menimba ilmu dari pohon suci keluarga Rasulullah saww sekaligus menerima warisan imamah dari ayahnya atas titah Ilahi.


Mengenai situasi politik di zamannya, beliau hidup sezaman dengan al-Mu'taz, al-Mukhtadi dan al-Mu'tamad. Selama tujuh tahun masa keimamahannya, beliau serta semua pengikutnya mendapatkan tekanan dari pemimpin Dinasti Abbasiyah.

Imam Hasan al-Asykari pernah di penjara tanpa alasan sedikit pun. Rasa iri terhadap Ahlul Bait Rasulullah saww telah merasuk hampir kepada seluruh raja Dinasti Abbasiyah. Melihat penindasan yang sangat menekan itu, Imam Hasan, Imam Hasan al-Askari a.s. mengambil inisiatif untuk memberlakukan sistem taqiyah bagi para pengikutnya.

Pada sisi lain, orang-orang Turki mulai mempunyai kedudukan yang kuat dalam bidang politik. al-Mu'taz. berusaha menyingkirkan mereka, namun mereka cukup kuat. Dan ketika terjadi keributan antara orang-orang Turki dengan pasukan al-Mutaz., akhirnya pasukan al-Mu'taz berhasil dikalahkan dan al-Mu'taz sendiri kemudian diturunkan dari tahtanya oleh Salih bin Washif al-Turki dan disiksa serta dipenjarakan dalam sel yang sempit hingga mati. ltu semua terjadi pada tahun 255 H. Kekuasaan kemudian beralih ke tangan al-Mukhtadi, yang juga mengalami bentrokan dengan orang-orang Turki. Dia pun benasib buruk dan terbunuh pada tahun 256 H.

Setelah kematian al-Mukhtadi, kekuasaan beralih ke tangan al-Muktamid. Dia tidak berbeda dengan penguasa-penguasa sebelumnya dalam hal kebencian dan kedengkiannya kepada Ahlul Bait. Apalagi dia mendengar bahwa dan Imam Hasan al-Askari akan lahir Imam Mahdi, yang akan menegakkan keadilan. Kebenciannya itu terbukti dari segala cara yang dia gunakan untuk menyingkirkan dan membunuh Hasan al-Askari. Ketika Hasan al-Askari dalam keadaan sakit, al-Muktamid mengutus seorang dokter serta hakim dan pengawalnya untuk memata-matai segala gerak-gerik Imam.


Akhirnya Imam Hasan al-Askari syahid melalui racun pada tahun 260 H/874 M. Beliau kemudian dimakamkan bersebelahan dengan makam ayahandanya di Samara.


Para pengikutnya merasa kehilangan, namun mereka herhasil menimba ilmu dari beliau. Diriwayatkan bahwa ada ratusan ulama yang beliau didik dalam bidang agama dan hadis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar