Rabu, 28 April 2010

AL IMAM JA'FAR ASH-SHODIQ

Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq

Nama lengkapnya adalah Al-Imam Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu Thalib, adalah Imam ke-6 dalam tradisi Islam Syi'ah. Ia lahir di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah / 20 April 702 Masehi (M), dan meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah / 13 Desember 765 M. Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq juga dikenal dengan julukan Abu Abdillah dimakamkan di Pekuburan Baqi', Madinah. Ia merupakan ahli ilmu agama dan ahli hukum Islam (fiqih). Aturan-aturan yang dikeluarkannya menjadi dasar utama bagi mazhab Ja'fari atau Dua Belas Imam. Ia pun dihormati dan menjadi guru bagi kalangan Sunni karena riwayat yang menyatakan bahwa ia menjadi guru bagi Abu Hanifah ( pendiri Mazhab Hanafi ) dan Malik bin Anas ( pendiri Mazhab Maliki ). Perbedaan tentang siapa yang menjadi Imam setelahnya menjadikan mazhab Ismailiyah berbeda pandangan dengan mazhab Dua Belas Imam.

Kelahiran dan kehidupan keluarga

Kelahiran

Beliau dilahirkan di Madinah pada tanggal 17 Rabiul Awwal 83 Hijriyah atau kurang lebih pada tanggal 20 April 702 Masehi. Ia merupakan anak sulung dari Al-Imam Muhammad al-Baqir, sedangkan ibunya bernama Fatimah ( beberapa riwayat menyatakan Ummu Farwah) binti al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar. Melalui garis ibu, ia dua kali merupakan keturunan Abu Bakar, karena al-Qasim menikahi putri pamannya, Abdullah bin Abu Bakar. Ia dilahirkan pada masa pemerintahan Abdul-Malik bin Marwan, dari Bani Umayyah.

Keluarga

Ia memiliki saudara satu ibu yang bernama Abdullah bin Muhammad. Sedangkan saudara lainnya yang berlainan ibu adalah Ibrahim dan Ubaydullah yang beribukan Umm Hakim binti Asid bin al-Mughirah. Ali dan Zaynab beribukan wanita hamba sahaya, dan Umm Salamah yang beribukan wanita hamba pula.

Keturunan

Anak laki-laki

Memiliki keturunan selanjutnya:

   1. Isma'il al-Aaraj (Imam ke-7 menurut Ismailiyah)

   2. Musa al-Kadzim (Imam ke-7 menurut Dua Belas Imam)

   3. Ishaq al-Mu'taman

   4. Muhammad al-Dibaj, yang mendeklarasikan dirinya sebagai Amirul Mukminin setelah Shalat Jumat pada tanggal 6 Rabiul akhir 200 Hijriyah, dan kemudian berperang melawan Khalifah Abbasiyah pada saat itu, al-Ma'mun, tetapi dengan cepat ia tertangkap dan dibawa ke Khurasan.

         1. Qasim

               1. Abdullah

               2. Yahya

         2. Ali

   5. Ali al-Uraidhi

    Tidak memiliki keturunan selanjutnya:

       1. Abdullah al-Afthah

       2. Abbas

       3. Yahya

       4. Muhsin

       5. Ja'far

       6. Hasan

       7. Muhammad al-Ashgar

Anak perempuan

   1. Fatimah binti Ja'far

   2. Asma binti Ja'far

   3. Ummu Farwah binti Ja'far


Kehidupan awal

Sejak kecil hingga berusia sembilan belas tahun, ia dididik langsung oleh ayahnya. Setelah kepergian ayahnya yang syahid pada tahun 114 H, ia menggantikan posisi ayahnya sebagai Imam bagi kalangan Muslim Syi'ah.

Pada masa remajanya, Al-Imam Ja'far ash-Shadiq, turut menyaksikan kejahatan dinasti Bani Umayyah seperti Al-Walid I (86-89 H) dan Sulaiman (96-99 H). Kedua-dua bersaudara inilah yang terlibat dalam konspirasi untuk meracuni Ali Zainal Abidin, pada tahun 95 Hijriyah. Saat itu Ja'far ash-Shadiq baru berusia kira-kira 12 tahun. Ia juga dapat menyaksikan keadilan Umar II (99-101 H). Pada masa remajanya Al-Imam Ja'far ash-Shadiq menyaksikan puncak kekuasaan dan kejatuhan dari Bani Umayyah.

Meninggalnya

Beliau meninggal pada tanggal 25 Syawal 148 Hijriyah atau kurang lebih pada tanggal 4 Desember 765 Masehi di Madinah, menurut riwayat dari kalangan Syi'ah, dengan diracun atas perintah Khalifah Mansur al-Dawaliki dari Bani Abbasiyah.

Mendengar berita meninggalnya Al-Imam Ja'far ash-Shadiq, Al-Mansur menulis surat kepada gubernur Madinah, memerintahkannya untuk pergi ke rumah Imam dengan dalih menyatakan belasungkawa kepada keluarganya, meminta pesan-pesan Imam dan wasiatnya serta membacanya. Siapapun yang dipilih oleh Imam sebagai pewaris dan penerus harus dipenggal kepalanya seketika. Tentunya tujuan Al-Mansur adalah untuk mengakhiri seluruh masalah keimaman dan aspirasi kaum Syi'ah. Ketika gubernur Madinah melaksanakan perintah tersebut dan membacakan pesan terakhir dan wasiatnya, ia mengetahui bahwa Imam telah memilih empat orang dan bukan satu orang untuk melaksanakan amanat dan wasiatnya yang terakhir; yaitu khalifah sendiri, gubernur Madinah, Abdullah Aftah putranya yang sulung, dan Musa al-Kadzim putranya yang bungsu. Dengan demikian rencana Al-Mansur menjadi gagal.

Beliau dimakamkan di pekuburan Baqi', Madinah, berdekatan dengan Al-Hasan bin Ali, Al-Imam Ali Zainal Abidin, dan ayahnya Al-Imam Muhammad al-Baqir.

Masa keimaman

Situasi politik di zaman itu sangat menguntungkannya, sebab di saat itu terjadi pergolakan politik di antara dua kelompok yaitu Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah yang saling berebut kekuasaan. Dalam situasi politik yang labil inilah Al-Imam Ja'far ash-Shadiq mampu menyebarkan dakwah Islam dengan lebih leluasa. Dakwah yang dilakukannya meluas ke segenap penjuru, sehingga digambarkan muridnya berjumlah empat ribu orang, yang terdiri dari para ulama, para ahli hukum dan bidang lainnya seperti, Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, di Eropa dikenal dengan nama Geber, seorang ahli matematika dan kimia, Hisyam bin al-Hakam, Mu'min Thaq seorang ulama yang disegani, serta berbagai ulama Sunni seperti Sofyan ats-Tsauri, Abu Hanifah (pendiri Mazhab Hanafi), al-Qodi As-Sukuni, Malik bin Anas (pendiri Mazhab Maliki) dan lain-lain.

Di zaman Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq, terjadi pergolakan politik dimana rakyat sudah jenuh berada di bawah kekuasaan Bani Umayyah dan muak melihat kekejaman dan penindasan yang mereka lakukan selama ini. Situasi yang kacau dan pemerintahan yang mulai goyah dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah yang juga berambisi kepada kekuasaan. Kemudian mereka berkampanye dengan berkedok sebagai "para penuntut balas dari Bani Hasyim".

Bani Umayyah akhirnya tumbang dan Bani Abbasiyah mulai membuka kedoknya serta merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Kejatuhan Bani Umayyah serta munculnya Bani Abbasiyah membawa babak baru dalam sejarah. Selang beberapa waktu, ternyata Bani Abbasiyah memusuhi Ahlul Bait dan membunuh pengikutnya. Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq juga tidak luput dari sasaran pembunuhan. Pada 25 Syawal 148 H, Al-Mansur membuat Imam syahid dengan meracunnya.

    "Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad, putra Imam kelima, lahir pada tahun 83 H/702 M. Beliau wafat pada tahun 148 H/757 M, dan menurut riwayat kalangan Syi'ah diracun dan dibunuh karena intrik Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah. Setelah ayahnya wafat dia menjadi Imam keenam atas titah Illahi dan fatwa para pendahulunya."

Perkembangan Mazhab Dua Belas Imam

Perkembangan pesat Mazhab Dua Belas Imam


Selama masa keimaman Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq inilah, mazhab Syi'ah Dua Belas Imam atau dikenal juga Imamiah mengalami kesempatan yang lebih besar dan iklim yang menguntungkan baginya untuk mengembangkan ajaran-ajaran agama. Ini dimungkinkan akibat pergolakan di berbagai negeri Islam, terutama bangkitnya kaum Muswaddah untuk menggulingkan kekhalifahan Bani Umayyah, dan perang berdarah yang akhirnya membawa keruntuhan dan kemusnahan Bani Umayyah. Kesempatan yang lebih besar bagi ajaran Syi'ah juga merupakan hasil dari landasan yang menguntungkan, yang diciptakan Imam ke-5 selama 20 tahun masa keimamannya melalui pengembangan ajaran Islam yang benar dan pengetahuan Ahlul Bait. Sampai sekarang pun mazhab Syi'ah Imamiah juga dikenal dengan mazhab Ja'fari.

Murid-murid Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq

Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq telah memanfaatkan kesempatan ini untuk mengembangkan berbagai pengetahuan keagamaan sampai saat terakhir dari keimamannya yang bersamaan dengan akhir Bani Umayyah dan awal dari kekhalifahan Bani Abbasiyah. Ia mendidik banyak sarjana dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan aqliah (intelektual) dan naqliah (agama) seperti:

    * Zararah,

    * Muhammad bin Muslim,

    * Mukmin Thaq,

    * Hisyam bin Hakam,

    * Aban bin Taghlib,

    * Hisyam bin Salim,

    * Huraiz,

    * Hisyam Kaibi Nassabah, dan

    * Abu Musa Jabir Ibn Hayyan, ahli kimia. (di Eropa dikenal dengan nama Geber)

Bahkan beberapa sarjana terkemuka Sunni seperti:

    * Sofyan ats-Tsauri,

    * Abu Hanifah (pendiri Madzhab Hanafi),

    * Qadhi Sukuni,

    * Qodhi Abu Bakhtari,

    * Malik bin Anas (pendiri Madzhab Maliki)

Mereka beroleh kehormatan menjadi murid-muridnya. Disebutkan bahwa kelas-kelas dan majelis-majelis pengajaranya menghasilkan empat ribu sarjana hadist dan ilmu pengetahuan lain. Jumlah hadist yang terkumpul dari Imam ke-5 dan ke-6, lebih banyak dari seluruh hadits yang pernah dicatat dari Imam lainnya.

Sasaran dari khalifah yang berkuasa

Tetapi menjelang akhir hayatnya, beliau menjadi sasaran pembatasan-pembatasan yang dibuat atas dirinya oleh Al-Mansur, khalifah Bani Abbasiyah, yang memerintahkan penyiksaan dan pembunuhan yang kejam terhadap keturunan Nabi SAW, yang merupakan kaum Syi'ah, hingga tindakan-tindakannya bahkan melampaui kekejaman Bani Umayyah. Atas perintahnya mereka ditangkap dalam kelompok-kelompok, beberapa dan mereka dibuang dalam penjara yang gelap dan disiksa sampai mati, sedangkan yang lain dipancung atau dikubur hidup-hidup atau ditempatkan di bawah atau di antara dinding-dinding yang dibangun di atas mereka.

Penangkapannya

Hisyam, khalifah Bani Umayyah, telah memerintahkan untuk menangkap Imam ke-6 dan dibawa ke Damaskus. Belakangan, Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq ditangkap oleh As-Saffah, khalifah Bani Abbasiyah dan dibawa ke Iraq. Akhirnya Al-Mansur menangkapnya lagi dan dibawa ke Samarra, Iraq untuk diawasi dan dengan segala cara mereka melakukan tindakan lalim dan kurang hormat dan berkali-kali merencanakan untuk membunuhnya. Kemudian Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq diizinkan kembali ke Madinah, di mana dia menghabiskan sisa hidupnya di Madinah, sampai dia diracun dan dibunuh melalui upaya rahasia Al-Mansur.

Riwayat mengenai Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq

Dari Malik bin Anas

Imam Malik menceritakan pribadi Imam Ja'far ash-Shadiq dalam kitab Tahdhib al-Tahdhib, Jilid 2, hlm. 104:

    "Aku sering mengunjungi ash-Shadiq. Aku tidak pernah menemui beliau kecuali dalam salah satu daripada keadaan-keadaan ini:

       1. beliau sedang shalat,

       2. beliau sedang berpuasa,

       3. beliau sedang membaca kitab suci al-Qur'an.

    Aku tidak pernah melihat beliau meriwayatkan sebuah hadits dari Nabi SAW tanpa taharah. Ia seorang yang paling bertaqwa, warak, dan amat terpelajar selepas zaman Nabi Muhammad SAW. Tidak ada mata yang pernah, tidak ada telinga yang pernah mendengar dan hati ini tidak pernah terlintas akan seseorang yang lebih utama (afdhal) melebihi Ja'far bin Muhammad dalam ibadah, kewarakan dan ilmu pengetahuannya."

Dari Abu Hanifah

Pada suatu ketika khalifah Al-Mansur dari Bani Abbasiyah ingin mengadakan perdebatan antara Abu Hanifah dengan Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq. Khalifah bertujuan untuk menunjukkan kepada Abu Hanifah bahwa banyak orang sangat tertarik kepada Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad karena ilmu pengetahuannya yang luas itu. Khalifah Al-Mansur meminta Abu Hanifah menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk diajukan kepada Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad AS di dalam perdebatan itu nanti. Sebenarnya Al-Mansur telah merencanakan untuk mengalahkan Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad, dengan cara itu dan membuktikan kepada orang banyak bahwa Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad tidaklah luas ilmunya.

Menurut Abu Hanifah,

    "Al-Mansur meminta aku datang ke istananya ketika aku tidak berada di Hirah. Ketika aku masuk ke istananya, aku melihat Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq duduk di sisi Al-Mansur. Ketika aku memandang Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq, jantungku bergoncang kuat, rasa getar dan takut menyelubungi diriku terhadap Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq lebih daripada Al-Mansur. Setelah memberikan salam, Al-Mansur memintaku duduk dan beliau memperkenalkanku kepada Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq. Kemudian Al-Mansur memintaku mengemukakan pertanyaan-pertanyaan kepada Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq. Aku pun mengemukakan pertanyaan demi pertanyaan dan beliau menjawabnya satu persatu, mengeluarkan bukan saja pendapat ahli-ahli fiqih Iraq dan Madinah tetapi juga mengemukakan pandangannya sendiri, baik beliau menerima atau menolak pendapat-pendapat orang lain itu sehingga beliau selesai menjawab semua empat puluh pertanyaan sulit yang telah aku sediakan untuknya."

Abu Hanifah berkata lagi,

    "Tidakkah telah aku katakan bahwa dalam soal keilmuan, orang yang paling alim dan mengetahui adalah orang yang mengetahui pendapat-pendapat orang lain?"

Lantaran pengalaman itu, Abu Hanifah berkata,

    "Aku tidak pernah melihat seorang ahli fiqih yang paling alim selain Ja'far bin Muhammad."

Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq sering berkata

    "Hadist-hadist yang aku keluarkan adalah hadits-hadits dari bapakku. Hadist-hadist dari bapakku adalah dari kakekku. Hadist-hadist dari kakekku adalah dari Ali bin Abi Thalib, Amirul Mu'minin. Hadist-hadist dari Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib adalah hadist-hadist dari Rasulullah SAW dan hadist-hadist dari Rasulullah SAW adalah wahyu Allah Azza Wa Jalla."

Sebagian dari mutiara kalam beliau ( Al-Imam Ja'far Ash-Shodiq )


"Tiada bekal yang lebih utama daripada taqwa. Tiada sesuatu yang lebih baik daripada diam. Tiada musuh yang lebih berbahaya daripada kebodohan. Tiada penyakit yang lebih parah daripada berbohong"

"Jika engkau mendengar suatu kalimat dari seorang muslim, maka bawalah kalimat itu pada sebaik-baik tempat yang engkau temui. Jika engkau tak mampu untuk mendapatkan wadah tempat kalimat tersebut, maka celalah dirimu sendiri"

"Jika engkau berbuat dosa, maka memohon ampunlah, maka sesungguhnya dosa-dosa itu telah dibebankan di leher-leher manusia sebelum ia di ciptakan. Dan sesungguhnya kebinasaan yang dahsyat itu adalah terletak pada melakukan dosa secara terus menerus."

"Barang siapa yang rizkinya lambat, maka perbanyaklah istighfar. Barang siapa yang di buat kagum oleh sesuatu dan menginginkannya demikian terus, maka perbanyaklah ucapan maa syaa-allah laa quwwata illa billah"

"Allah telah memerintahkan kepada dunia, 'berkhidmatlah kepada orang yang berkhidmat kepadaku, dan buatlah payah orang yang yang berkhidmat kepadamu."

"Fugaha itu orang yang memegang amanah para rasul, selama tidak masuk ke dalam pintu-pintu penguasa."

"Jika engkau menjumpai sesuatu yang tidak engkau sukai dari perbuatan saudaramu, maka carilah satu, atau bahkan tujuh puluh alasan, untuk membenarkan perbuatan saudaramu itu. Jika engkau masih belum mendapatkannya, maka katakanlah, "Semoga ia mempunyai alasan tertentu ( kenapa berbuat demikian ) yang aku tidak mengetahuinya."

"empat hal yang tidak seharusnya bgi seorang yang mulia untuk memandang rendah : bangunnya dia dari tempat duduknya untuk menemui ayahnya, berkhidmatnya dia kepada tamunya, bangunnya dia dari atas binatang tunggangannya, dan berkhidmatnya dia kepada seorang yang menuntut ilmu kepadanya"

"Tidaklah kebaikan itu sempurna kecuali dengam tiga hal : Menganggap rendah ( tidak berarti apa-apa ), menutupinya dan mempercepatnya. Sesungguhnya jika engkau merendahjannya, ia akan menjadi agung. Jika engkau menutupinya, engkau telah menyempurnakannya. Jika engkau mempercepatnya, engkau akan di bahagiakannya."

Dari sebagian wasiat wasiat beliau kepada puteranya, Musa :

"Wahai puteraku, barang siapa yang menerima dengan ikhlas apa-apa yang telah di bagikan oleh Allah daripada rizki, maka ia akan merasa berkecukupan. Barang siapa yang membentangkan matanya untuk melihat apa-apa yang ada di tangannya selainnya, maka ia akan mati miskin, Barangsiapa yang tidak rela dengan apa-apayang telah di bagikan oleh Allah daripada rizqi, maka ia berarti telah menuduh Allah di dalam qadha-Nya"

"Barang siapa yang memandang rendah kesalahannya sendiri, maka ia akan membesar-besarkan kesalahan orang lain. Barangsiapa yang memandang kecil kesalahan orang lain, maka ia akan memandang besar kesalahnnya sendiri."

"wahai anakku, barangsiapa yang membuka kesalahan orang lain, maka akan dibukakanlah kesalahan-kesalahan keturunannya. Barang siapa yang menghunus pedang kezaliman, maka ia akan terbunuh dengannya. Barang siapa yang menggali sumur agar saudaranya masuk kedalamnya, maka ia sendirilah yang nanti akan jatuh ke dalamnya."

"Barang siapa yang masuk ke dalam tempat-tempat orang-orang bodoh, maka ia akan di pandang rendah. Barang siapa yang bergaul dengan ulama, ia akan di pandang mulia. Barang siapa yang masuk ke dalam tempat-tempat kejelekan, maka ia akan di tuduh melakukan kejelekan itu."

"Wahai puteraku, janganlah engkau masuk ke dalam sesuatu yang tidak membawa manfaat apa-apa padamu, supaya engkau tidak menjadi hina."

"Wahai puteraku, katakanlah yang benar, walaupun berdampak baik kepadamu ataupun berdampak buruk."

"Wahai puteraku, jadikan dirimu memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, menyambung tali silaturahmi kepada orang yang memutuskan hubungan denganmu, menyapa kepada seorang yang bersikap diam kepadamu, dan memberi kepada seorang yang meminta darimu, Jauhilah perbuatan mengadu domba, karena hal itu akan menanamkan kedengkian di hati manusia. Jauhilah dari pada pebuatan membuka aib-aib manusia."

"Wahai puteraku, jika engkau berkunjung, maka kunjungilah orang-orang yang baik, dan janganlah mengujungi orang-orang pendusta."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar